Sejak jaman dahulu kala, emas merupakan barang yang sangat berharga. Nilainya tidak pernah turun dan cenderung stabil terhadap barang/aset. Bahkan emas dianggap sebagai lambang kemegahan, kekuasaan, dan kewibawaan sebagai seorang raja/ pemimpin. Itulah sebabnya sejak jaman Nabi Sulaiman as hingga sekarang, emas tetap diburu dan disenangi banyak orang.
Gambaran di atas bertolak belakang dengan realitas mata uang kertas (fiat money). Penerimaan masyarakat terhadap mata uang kertas sebenarnya bukanlah karena senang menerima keberadaannya, melainkan karena paksaan dan doktrin menyesatkan dari kebijakan pemerintah. Masyarakat jika menyadari makna uang kertas yang sebenarnya, pasti akan membuang uang kertas tersebut di tong sampah bak seperti kotoran yang tidak ada harganya.
Dalam perkembangan terbaru, sudah banyak analisis dan teori-teori yang mulai mempertanyakan keampuhan mata uang kertas. Dari berbagai pengalaman krisis dunia, mata uang fiat money tidak berdaya menyelamatkan kekayaan/aset umat manusia. Masyarakat dunia internasional pun mulai berangsur-angsur meninggalkan US dollar, Yen, Poundsterling dll. Mata uang dinar pun mulai jadi buah bibir dikalangan para tokoh ekonomi sebagai alternatif masa depan.
Pendapat Ekonom Barat.
Dengan runtuhnya rezim mata uang kertas US dollar yang mulai konspirasinya semenjak kejadian di Bretton Woods 1944 dilanjutkan dengan keputusan Prsiden Nixon tahun 1970an, banyak orang mulai berpikir alternatif mencari mata uang yang aman dan stabil. Orang mulai meninggalkan US dollar yang terbukti semakin hancur nilainya dikarenakan krisis ekonomi. Seperti ungkapan Warren Buffet di CNBC tanggal 22 agustus 2008 “Perekonomian Amerika Serikat akan terus memburuk dan menuju resesi”. Sebaliknya, dinar malah menunjukkan prestasi yang gemilang dengan semakin menguat nilainya dari tahun ke tahun terhadap semua mata fiat money.
Para pecinta emas (goldbugs) sangat menyakini akan kejatuhan dollar Amerika di masa mendatang. Bahkan tinggal menghitung jam saja alias tidak lama lagi. Kalau nilai dollar jatuh, mata uang kebangggan Amerika ini akan menjadi lembaran kertas tidak berharga. Di titik itulah emas akan semakin membumbung tinggi harganya. Bahkan ketika potensi imbalan (return) berinvestasi dalam saham atau obligasi tidak lagi menarik dan dianggap tidak mampu mengkompensasi resiko yang ada, maka investor akan mengalihkan dananya ke dalam aset riil, seperti logam mulia atau properti yang dianggap lebih layak dan aman (secure).
Hal ini sesuai pernyataan Alan Greenspan (mantan Chairman the Fed), “Emas masih menjadi bentuk utama pembayaran di dunia. Dalam kondisi ekstrem, tidak ada yang mau menerima uang fiat. Tapi emas selalu diterima”. Hal senada juga diungkapkan Jerome F. Smith, dia mengatakan “Semakin sedikit orang yang percaya pada kertas sebagai media penyimpanan nilai, maka harga emas akan terus melonjak”.
Secara tegas, kerapuhan uang kertas serta kuatnya emas (Dinar) sebagai mata uang diungkapkan oleh John Naisbitt, yang di dunia barat dianggap sebagai ‘dewa’ nya ekonomi modern. Dia menyimpulkan bahwa monopoli terakhir yang akan segera ditinggalkan oleh umat manusia adalah monopoli uang kertas yang dikeluarkan oleh suatu negara. Masyarakat tidak akan lagi mempercayai mata uang kertas dan pindah ke yang dia sebut mata uang privat (benda-benda riil yang memiliki nilai instrinsik).
Peter Bernstein seorang pakar keuangan terkemuka dunia, pernah mengatakan secara terbuka bahwa, “Gold is the ultimate certainly and escape from risk”. Ketika semua mata uang kertas berjatuhan, emas akan menunjukkan kesaktiannya. Ketika fiat money satu per satu berjatuhan, emas (dinar) menunjukkan nilai yang stabil dan cenderung menguat terhadap mata uang kertas. Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Jerome F Smith “As fewer and fewer people have confidence in paper as store of value, the price of gold will continue to rise”.
Bahkan prospek kegemilangan dinar untuk menggantikan fiat money sudah nampak pada ketahannya terhadap krisis keuangan yang terjadi berkali-kali. Seolah-olah dinar adalah mata uang untuk sampai akhir hayat hidup umat manusia. James Blakely mengungkapkan sebuah keunggulan dinar dengan pernyataan “Gold is forever. It is beautiful, useful, and never wears out. Small wonder that gold has been prized over all else, in all ages, as a store of value that will survive the travails of live and the ravages of time”.
Fakta menunjukkan bahwa mata uang kertas (fiat money) sudah tidak bisa dipertahankan. Bahkan kecenderungan setiap tahun kehilangan nilainya dan penurunan daya beli terutama dibandingkan dengan emas (Dinar). Sinyal-sinyal tersebut ditandai dengan berbagai peristiwa, dari mulai konspirasi perang di Afganistan, perang Irak, badai Katrina dan sejumlah bencana lainnya, skandal korporat seperti Enron hingga Bear Stearns atau Lehman Brothers, sampai krisis kredit perumahan (subprime mortgage), ini semua telah membuka pintu gerbang kebangkrutan dollar Amerika.
REFERENSI
Muhaimin Iqbal, Dinar The Real Money, Gema Insani, Jakarta, 2009
Nofie Iman, Investasi Emas Investasi Bijak di Masa Krisis, Daras Books, Jakarta, 2009
William Tanuwidjaja, Cerdas Investasi Emas, Media Pressindo, Yogyakarta, 2009
Indra Ismawan, Warren Buffet Takutlah Saat Orang Lain Serakah, Serakahlah Saat (jurnal-ekonomi.org,Taufik Hidayat, SEI)
Saturday, 9 January 2010
Pendapat Tokoh-Tokoh Barat terhadap Keunggulan Dinar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment