Jakarta - Hasil kajian Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyatakan produk-produk industri kecil dan menengah (IKM) China menguasai 70% pasar domestik pada semester I-2010. Berbagai peralatan, mesin, hingga buah-buahan mendominasi impor dari Cina.
"Hipmi mencatat lebih dari 70% barang-barang impor tersebut merupakan produk IKM China," ucap Ketua Bidang Perdagangan Luar Negeri Himpi Harry Warganegara di Jakarta melalui siaran persnya, Minggu (8/8/2010).
Ia menjabarkan produk-produk yang dimaksud antara lain: peralatan listrik atau mesin, pesawat mekanik, produk-produk dari besi dan baja, barang-barang terbuat dari plastik dan garmen dari kapas, suku cadang kendaraan, sampai buah-buahan.
Berdasarkan pantauan Hipmi, barang-barang IKM asal China semakin diminati masyarakat sebab daya beli masyarakat atas produk-produk lokal melemah sejalan dengan naiknya harga-harga barang.
"Tampaknya, dengan inflasi yang naik sampai 1,57% (Juni-Juli) menunjukan masyarakat semakin sensitif dengan soal harga," jelas Harry.
Penilaian HIPMI ini ditopang oleh data Data BPS. Data menunjukan, Total nilai impor China ke RI sebesar US$ 8,99 miliar. Sepanjang tahun impor tersebut terus meningkat tajam.
Pada 2004, total impor China ke Indonesia hanya 7,9% dari total impor nasional. Pada 2009 melonjak 19,77%. Sepanjang 2004-2008 naik sebesar 35,1% (sebagian besar impor barang modal dan bahan baku penolong masing-masing 59,3% dan 29,5%).
Harry menjelaskan makin merajalelahnya produk Cina ini menjadi tantangan yang berat bagi pemerintah untuk meningkatkan daya saing IKM dan efisiensi industri dalam negeri.
Ia memperkirakan, bila pemerintah belum mengambil langkah-langkah nyata untuk membenahi daya saing, IKM domestik akan semakin berat bersaing dengan China pada semester II-2010.
Beberapa kendala yang menghadang IKM domestik pada semester II diantaranya, suku bunga masih tinggi, kenaikkan tarif dasar listrik, minimnya infrastruktur, dan minimnya akses pasar IKM.
"Dengan inflasi yang berpeluang 6%, Hipmi memperkirakan bank sentral akan mengeluarkan kebijakan moneter yang memperketat likuiditas salah satunya minimal suku bunga pinjaman tidak turun sampai single digit," tegasnya.
Hal itu terlihat dari putusan bank sentral yang masih mempertahankan bunga acuan (BI rate) pada level 6,5%.
kom: hayoo siapa yang mau tanggung jawab nih????
Sunday, 8 August 2010
Semester I-2010 Produk China Rebut 70% Pasar Produk IKM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment